Assalamu'alaikum
"Wa makaru wa makarallah wahuwa khairul makirin"
Atas penggalan ayat dalam Alqur'an inilah, pertanda makar besar manusia akan dikalahkan oleh makar-Nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebulan telah berselang menjalani pesta demokrasi penuh drama dan ironi. Sudah banyak keluhan berdasarkan fakta yang ada, tapi nyatanya tidak mendapat titik terang yang memihak kepada rakyat.
Kepemimpinan pada masa kini lebih buruk dari orde baru. Apa sebabnya ? Maka begitu banyak kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan oleh rezim tidak mampu diusut, kasusnya langsung menguap begitu saja tanpa kabar berita. Bahkan, kekritisan seorang rakyat adalah lumrah dan seharusnya perlu dijadikan masukan kebaikan. Kini, sebaliknya mereka dianggap makar, itulah kebodohan yang hakiki.
Lalu, pembangunan yang telah dicanangkan berdasarkan progja yang banyak itu tidak mampu dikelola manajemennya melalui pembagian kerja pada menteri dengan kemampuannya masing-masing. Maka, kebijakan yang berlawanan dikeluarkan untuk sekedar menyelamatkan tapi menodai idealisme presiden itu sendiri maupun rakyat yang tinggal di dalamnya.
Kembali ke makar tadi, sekarang makar dalam bahasa dan terminologi yang seharusnya berbanding lurus dengan org yang jahat seperti disalahgunakan oleh rezim sekarang ini. Satu per satu, kekritisan seorang manusia dihabisi sehingga tak ada yang berani dan bertindak lagi untuk melawan rezim.
Beberapa minggu lalu, ditangkaplah orang-orang yang melawan dengan cara yang elegan dan menawan yang secara tidak langsung menurut mereka (rezim) adalah pendukung oposisi padahal mereka menjalankan yang seharusnya menjadi kewajiban manusia, yaitu kebebasan berekspresi.
Kini, gambaran makar menjadi bahasan kepada mereka yang melawan kezaliman dan kebiadaban. Yang pro-rezim sudah bebas melakukan sesukanya padahal menyeleweng, itulah yang harus diusut dan ditangkap. Tapi, penafsiran makar menjadi salah dan tak berarti lagi bagi yang melawan.
Maka dari itu, konsolidasi kekuatan yang membuktikan makar dibuat dengan sengaja oleh rezim jauh hari sudah menjadi prioritas pertama. Usaha dahulu mencari kebenarannya, sampai jelas dan tersusun rapi makar yang jahat dari mereka (rezim) itu.
Maka, pernah terlintas dalam fikiran saya, manakala melihat wawancara dalam sebuah televisi yang menampilkan dua bintang tamu yang berpengaruh hingga saat ini. Maka, almarhum Munir, saat itu penggiat HAM dan pendiri Kontras mengatakan bahwa, adanya suatu ruang kosong yang dalam ruang kosong itu tak bisa disentuh oleh siapapun, baik rakyat maupun rezim yang dimana adalah seperti "mastermind" atau dalang di balik pendukung rezim.
Selama 23 tahun hidup, saya hanya menunggu pemerintah yang sebenar-benar didukung oleh rakyat, hingga rakyat rela mati bersamanya, karena memperjuang kebenaran.
Tulisan ini masih berlanjut...
Wassalamu'alaykum
@akbarsaladin36